MUTIARA HADITS:
عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ... قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ اللَّهَ لَمْ يَبْعَثْنِي مُعَنِّتًا وَلَا
مُتَعَنِّتًا وَلَكِنْ بَعَثَنِي مُعَلِّمًا مُيَسِّرًا.[1] (رواه مسلم)
“Dari
jabir bin Abdillah telah berkata..., Rasulullah saw. bersabda; Sesungguhnya
Allah yang maha tinggi tidak mengutusku untuk memaksa orang atau
menjerumuskannya, akan tetapi Dia mengutusku sebagai seorang pengajar dan orang
memudahkan urusan”. (HR. Muslim)
Selain kedua hadis di atas, masih banyak dijumpai hadis-hadis yang secara
spesifik menjelaskan posisi Nabi sebagai seorang pendidik, seperti dalam hadis
berikut;
عَنْ
مُعَاوِيَةَ بْنِ الْحَكَمِ السُّلَمِيِّ قَالَ بَيْنَا أَنَا أُصَلِّي مَعَ
رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذْ عَطَسَ رَجُلٌ مِنْ
الْقَوْمِ فَقُلْتُ يَرْحَمُكَ اللَّهُ فَرَمَانِي الْقَوْمُ بِأَبْصَارِهِمْ
فَقُلْتُ وَا ثُكْلَ أُمِّيَاهْ مَا شَأْنُكُمْ تَنْظُرُونَ إِلَيَّ فَجَعَلُوا
يَضْرِبُونَ بِأَيْدِيهِمْ عَلَى أَفْخَاذِهِمْ فَلَمَّا رَأَيْتُهُمْ
يُصَمِّتُونَنِي لَكِنِّي سَكَتُّ فَلَمَّا صَلَّى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَبِأَبِي هُوَ وَأُمِّي مَا رَأَيْتُ مُعَلِّمًا
قَبْلَهُ وَلَا بَعْدَهُ أَحْسَنَ تَعْلِيمًا مِنْهُ فَوَاللَّهِ مَا
كَهَرَنِي وَلَا ضَرَبَنِي وَلَا شَتَمَنِي قَالَ إِنَّ هَذِهِ الصَّلَاةَ لَا
يَصْلُحُ فِيهَا شَيْءٌ مِنْ كَلَامِ النَّاسِ إِنَّمَا هُوَ التَّسْبِيحُ
وَالتَّكْبِيرُ وَقِرَاءَةُ الْقُرْآنِ ...(رواه مسلم)[2]
“Dari 'Atha' bin Yasar dari
Muawiyah bin al-Hakam as-Sulami dia berkata, Ketika aku sedang shalat bersama Rasulullah
saw., tiba-tiba ada seorang laki-laki dari suatu kaum bersin. Lalu aku
mengucapkan, 'Yarhamukallah (semoga Allah memberi Anda rahmat). Lalu seluruh
jamaah memandangku." Aku berkata, "Aduh, celakalah ibuku! Mengapa
Anda semua memandangku?" Mereka bahkan menepukkan tangan mereka pada paha
mereka. Setelah itu barulah aku tahu bahwa mereka menyuruhku diam. Tetapi aku
telah diam. Tatkala Rasulullah saw. selesai shalat, Ayah dan ibuku sebagai
tebusanmu (ungkapan sumpah Arab), aku belum pernah bertemu seorang pendidik
sebelum dan sesudahnya yang lebih baik pengajarannya daripada beliau. Demi Allah! Beliau tidak menghardikku, tidak memukul
dan tidak memakiku. Beliau bersabda, 'Sesungguhnya shalat ini, tidak pantas di
dalamnya ada percakapan manusia, karena shalat itu hanyalah tasbih, takbir dan
membaca al-Qur'an...”. (HR. Muslim)
[1]
Muslim bin Al-Hajjāj, Al-Jāmi’
as-Shahih li Muslim, bab Bayan an Takhyiy Imra’atih la yakunu thalaqan illa
bin niyah, nomor 2703, dalam Zaid bin Shabri bin Abi Ulfah, al-Kutūb as-Sittah,
(Riyādh: Maktabah ar-Rasyῑd, cetakan pertama 2005).
[2]Ibid., bab Tahrῑm al-Kalām fi as-Shalāh wa
Naskhu mā kāna min Ibāhatihi, nomor 836, Matan hadis ini juga diriwayatkan oleh imam an-Nasā’i, dalam kitab Sunan-nya bab al-
Kalām fi as- Shalāh, nomor 1203, dan Ahmad bin hambal dalam kitab Musnad-nya,
bab Hadῑts Mu'āwiyah bin Al Hakam As-Sulami Radliyallāhu ta'āla 'anhu , nomor
22644
Leave a Comment